LENSAPOST.NET- Pemerintah Australia, melalui Program SIAP SIAGA, turut berpartisipasi dalam Sesi Panggung Inspirasi/Ignite Stage pada 10 November 2024 di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Sesi ini mengangkat topik “Sinergi Program Berbasis Desa untuk Membangun Ketangguhan Masyarakat” dan “Inovasi dalam Layanan Penanggulangan Bencana”.
Sesi ini berkolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan merupakan forum bagi berbagai lembaga, organisasi, ahli, dan penyintas tsunami untuk berbagi cerita, praktik baik, dan pelajaran yang mendukung pembangunan ketangguhan masyarakat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Simposium Tsunami Global UNESCO-IOC ke-2: “Dua Dekade Setelah Tsunami Samudra Hindia 2004, Refleksi dan Langkah ke Depan”, yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), UNESCO Intergovernmental Oceanographic Commission (UNESCO-IOC), dan International Union of Geodesy and Geophysics (IUGG) – Joint Tsunami Commission (JTC) di Banda Aceh pada 10–14 November 2024.
Madeleine Moss, Minister Counsellor for Governance and Human Development di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, dalam sambutannya menyatakan bahwa Pemerintah Australia sangat mendukung strategi Indonesia untuk memperkuat ketangguhan terhadap bencana dan perubahan iklim di daerah pesisir yang rawan tsunami, sekaligus mendukung pemberdayaan masyarakat.
Dukungan tersebut termasuk penerapan Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Bencana (SPMSUB) sebagai mekanisme penting bagi pemerintah dalam memberikan layanan penanggulangan bencana yang efektif dan memperkuat program pembangunan ketangguhan di tingkat desa.
“Pemerintah Australia senang dapat bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam penguatan kolaborasi untuk memberikan layanan penanggulangan bencana yang unggul dan tepat waktu,” kata Madeleine.
Kemitraan antara Australia dan Indonesia dalam manajemen risiko bencana diwujudkan melalui Program SIAP SIAGA. Program yang telah dilaksanakan selama lima tahun ini, memiliki fokus utama dalam mendukung SPM-SUB serta memperkuat manajemen ketangguhan bencana di tingkat desa dan menyelaraskan upaya ini dengan program pembangunan desa lainnya. Selain itu, BNPB bekerja sama dengan Program SIAP SIAGA baru-baru ini telah menerbitkan buku berjudul “Masyarakat Pesisir Bertutur.” Buku ini berisi cerita-cerita ketangguhan dan kearifan komunitas pesisir di Indonesia dalam menghadapi bencana alam dan perubahan iklim.
“Saya senang melihat banyak contoh inspiratif tentang bagaimana komunitas pesisir di Indonesia dapat menemukan solusi dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Contoh-contoh ini juga menyoroti kontribusi signifikan perempuan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan serta keterlibatan penyandang disabilitas, lansia, dan lainnya dalam berbagai kegiatan komunitas,” ujar Madeleine.
Pangarso Suryotomo, Direktur Kesiapsiagaan BNPB, yang juga hadir dalam sesi tersebut, menjelaskan bahwa buku ini merupakan bagian dari pembelajaran praktik baik oleh komunitas-komunitas pesisir yang mengedepankan kearifan lokal mereka. “Buku ini adalah seri terbaru dari kumpulan buku terkait ketangguhan komunitas lokal. Sebelumnya kami telah menerbitkan buku komunitas sungai (Masyarakat Sungai Bertutur), dan komunitas gunung (Masyarakat Gunung Berapi Bertutur),” ujar Pangarso.
Prasinta Dewi, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, dalam sesi yang sama, menegaskan pentingnya kolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait serta multi pihak untuk meningkatkan sinergi program berbasis desa. “Lebih dari 53 ribu desa berada di posisi rawan bencana yang diperparah dengan krisis iklim. Untuk itu, perlu kerja sama dengan para pemangku kepentingan dalam program pembangunan ketangguhan desa,” ujar Prasinta.
Sementara itu, Agus Wibowo, Direktur Sistem Penanggulangan Bencana di BNPB menyampaikan tentang tiga layanan dasar dalam SPM-SUB. “Layanan penanggulangan bencana yang efektif, yang diterapkan SPM-SUB harus mencakup tiga layanan dasar, yaitu informasi rawan bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, serta penyelematan dan evakuasi korban,” jelas Agus.
Adapun, Simposium Tsunami Global ini dilaksanakan dalam rangka memperingati 20 tahun Tsunami Samudra Hindia, dengan menghadirkan ilmuwan, peneliti, ahli teknik,, praktisi, dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk mendiskusikan perkembangan terbaru dalam ilmu dan rekayasa tsunami, termasuk sistem peringatan dini untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi risiko bencana.