LENSAPOST.NET – Industri game Indonesia menunjukkan potensi luar biasa dengan nilai pasar mencapai USD 2 miliar atau sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2024. Namun sayangnya, hanya sekitar 5% dari total tersebut yang berhasil dinikmati oleh developer lokal. Artinya, sebagian besar keuntungan dari pasar game di Tanah Air masih dikuasai oleh pengembang asing.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Ekonomi Kreatif sekaligus Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Teuku Riefky Harsya, dalam peluncuran Google x Unity Game Developer Training Program 2025 yang digelar di Thamrin Nine Ballroom, Senin (21/4/2025).
“Indonesia menempati posisi pertama di Asia Tenggara, nomor empat di Asia, dan peringkat 15 dunia, dengan sekitar 148 juta gamer aktif. Ini adalah angka yang luar biasa,” ujar Teuku. “Namun, kita baru bisa menikmati sekitar 5% dari nilai pasar tersebut.”
Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital, Muhammad Neil El Himam, menambahkan bahwa developer lokal masih kalah saing dalam hal distribusi, kualitas, hingga manajemen kekayaan intelektual. “Dari USD 2 miliar itu, sebagian besar masih dinikmati developer luar negeri,” ucap Neil.
Langkah Nyata: Kolaborasi Pemerintah x Google
Sebagai bentuk respon terhadap tantangan tersebut, pemerintah bekerja sama dengan Google dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) untuk mengadakan pelatihan developer game lewat program Google x Unity Game Developer Training Program 2025. Program ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas SDM di bidang game, terutama dari kalangan muda.
Pendaftaran program pelatihan ini telah dibuka sejak 21 April dan akan ditutup pada 21 Mei 2025. Peserta akan mendapatkan pelatihan teknis dari Unity dan bimbingan dari para profesional industri. Tak hanya belajar membuat game, para peserta juga akan didampingi dalam hal pengurusan kekayaan intelektual agar game ciptaan mereka tidak mudah dibajak.
“Jangan sampai nanti dibajak, padahal udah kita latih, dampingi, dan bantu rilisnya,” tegas Teuku.
Lebih dari Sekadar Pelatihan
Teuku juga mengungkapkan bahwa kerja sama ini tidak hanya terbatas pada pelatihan. Ke depannya, akan ada program internship (magang) yang disalurkan melalui AGI dan Google, serta pelatihan terkait AI yang mendukung ekosistem teknologi kreatif.
“Talenta anak-anak Indonesia sudah banyak yang diakui di tingkat global. Yang perlu kita lakukan adalah memperkuat daya saing mereka dan membuka jalan agar karya mereka bisa berdampak besar pada ekonomi nasional,” tutup Teuku.
Dengan populasi gamer yang besar dan potensi pasar yang menggiurkan, saatnya developer game lokal naik panggung dan mengambil bagian lebih besar dari “kue” industri game nasional.