LENSAPOST.NET – Selama lebih dari dua dekade, para petani di Gampong Ladang, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), terus menghadapi ancaman gagal panen akibat lahan persawahan mereka yang kerap terendam banjir.
Nyaksem (63), salah satu petani di Gampong Ladang, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sawah yang terus digenangi air. Ia bersama puluhan petani lainnya hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan tersebut.
“Kondisinya selalu seperti ini. Jika hujan turun, debit air meningkat hingga menenggelamkan tanaman padi. Bahkan, saat hujan reda, air pun sulit surut,” ujarnya pada Senin (20/1/2025).
Nyaksem menambahkan, apabila kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin tanaman padi mereka akan membusuk.
“Saat ini, padi kami hampir memasuki masa panen. Kami khawatir jika air tidak segera surut, hasil panen tidak bisa diselamatkan,” katanya dengan nada sedih.
Menurutnya, kondisi ini telah berlangsung selama puluhan tahun. Namun, meskipun sering mengalami gagal panen, para petani tetap bertahan menggarap lahan mereka, meski hasilnya sering kali tidak dapat dinikmati.
“Kami sudah terbiasa mengalami gagal tanam dan panen. Namun, apa boleh buat? Kami tetap harus berusaha,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Nyaksem berharap pemerintah daerah, khususnya dinas terkait, dapat memberikan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
“Kami ingin suara kami didengar dan ada solusi nyata untuk mengatasi masalah ini,” harapnya.
Sementara itu, Keuchik Gampong Ladang, Kairijal, membenarkan kondisi yang dikeluhkan oleh para petani. Menurutnya, banjir yang merendam sawah warga disebabkan oleh tersumbatnya aliran muara, sehingga menyebabkan sekitar enam hektare sawah tergenang dan sulit dialirkan.
“Kondisi ini sudah terjadi selama lebih dari 25 tahun. Akibatnya, petani di wilayah ini sering mengalami gagal panen. Kami sudah mencoba melakukan normalisasi aliran sungai sebanyak tiga kali, tetapi upaya tersebut belum memberikan hasil yang maksimal,” jelasnya.
Kairijal menegaskan bahwa satu-satunya solusi yang dapat mengatasi permasalahan ini adalah dengan membangun tanggul pengaman di kiri dan kanan muara.
“Pembangunan tanggul ini sangat diperlukan agar pasir tidak lagi menutup mulut muara, yang menjadi penyebab utama banjir di sawah petani,” tambahnya.
Menanggapi permasalahan ini, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Kabupaten Abdya, Hendri Yadi, menjelaskan bahwa pihaknya telah memasukkan lahan sawah yang terdampak banjir ke dalam program Optimasi Lahan (Opla) tahun 2025.
“Keluhan para petani sudah kami masukkan dalam program Opla 2025. Kami berharap program ini dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus mendongkrak hasil produksi padi di Abdya,” ungkap Hendri Yadi.
Ia juga menambahkan bahwa dua pekan lalu, pihaknya bersama Kementerian Pertanian telah meninjau langsung lokasi-lokasi lahan yang rawan banjir.
“Kami berharap dalam waktu dekat permasalahan yang dialami petani dapat segera teratasi,” tutupnya. [M Nasir]