NEWS  

Kronologi Suami Ceraikan Istri Jelang Dilantik PPPK, Berawal Cekcok Tak Ada Lauk Makan

Suami Ceraikan Istri Menjelang Pelantikan PPPK di Aceh Singkil - Sejumlah tetangga ikut mengantarkan dan mengucapkan perpisahan terakhir kepada Fitri yang pulang menuju rumah orang tuanya di Aceh Selatan.

LENSAOST.NET – Kisah pilu seorang ibu dua anak di Aceh Singkil bernama MS (33) atau yang akrab disapa F, kembali menjadi sorotan publik.

Ia diceraikan oleh suaminya hanya tiga hari sebelum pelantikan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Cerita F viral di media sosial setelah sebuah video perpisahan menyentuh hati diunggah ke Facebook oleh akun Rita Sugiarti Ricentil Panggabean pada Minggu (19/10/2025).

Dalam video berdurasi sekitar 1 menit 30 detik itu, para tetangga F di Kelurahan Siti Ambia Dalam, Aceh Singkil, tampak membantu memindahkan barang-barang rumah tangganya ke mobil L300 yang akan membawanya pulang ke Aceh Selatan.

“Selamat jalan sahabat kami, F Semoga bahagia segera kau dapati,” tulis Rita dalam unggahannya.

Video tersebut telah ditonton lebih dari 700.000 kali dan menuai ribuan komentar warganet yang turut bersimpati atas nasib F.

Kronologi Perceraian Menjelang Pelantikan PPPK

Kepada Serambinews.com, Selasa (21/10/2025), F mengungkapkan bahwa rumah tangganya berakhir hanya beberapa hari sebelum sang suami dilantik sebagai PPPK.

Menurut F, perceraian itu bermula dari pertengkaran kecil di rumah. Saat itu, suaminya pulang kerja dan marah karena tidak menemukan lauk di meja makan.

“Hari itu tanggal 14 Agustus, dia pulang kerja, sudah sore, terus dia marah-marah gitu, tidak ada kawan nasi (lauk) di rumah. Karena bagaimana saya mau masak sedangkan apa pun tidak ada di rumah,” ujar F dengan suara bergetar.

Pertengkaran berlanjut hingga malam hari. Sang suami mengucapkan kata-kata kasar dan pergi hingga larut malam. Keesokan harinya, F mencoba menjelaskan kondisi ekonomi keluarga yang serba terbatas.

“Saya bilang, kamu kan tidak bawa belanja, tidak ada kasih nafkah, jadi apa yang saya masak?” kata F.

Namun, amarah suaminya tak juga reda. Saat F tengah mencuci piring, sang suami membungkus bajunya dan pergi ke rumah tetangga meminjam sepeda motor.

“Dia langsung bilang ke saya, ‘Kamu F saya cerai-kan satu, dua, tiga,’ lalu dia pergi membawa bajunya,” ungkap F.

Hanya tiga hari setelah perceraian itu, tepatnya 18 Agustus 2025, suaminya dilantik menjadi pegawai PPPK.

“Saya Ditinggal Setelah Berjuang dari Nol”

F meyakini bahwa perceraian itu bukan semata karena pertengkaran rumah tangga. Ia menduga suaminya menceraikannya karena ingin terlihat “bebas” setelah resmi menjadi ASN.

“Dia ceraikan saya karena mau jabatan. Padahal kami dulu berjuang bersama. Saya sempat berharap setelah dia dilantik bisa membantu perekonomian keluarga,” ujarnya.

F mengaku telah membantu suaminya sejak awal perjuangan, termasuk menyiapkan pakaian pelantikan. Semua perlengkapan Korpri untuk pelantikan dibeli dari hasil jerih payahnya berjualan cabai dan sayuran di pasar.

“Baju pelantikan itu saya yang belikan dari hasil jualan. Dia pesan di Shopee, tapi saya yang bayar pakai uang jual gorengan. Saya bantu dia dari nol, tapi justru ditinggal sebelum terima SK,” kata F lirih.

Kini, dua bulan setelah diceraikan, F bertahan hidup dengan berjualan gorengan dan minuman seribu rupiah di depan rumah orang tuanya di Aceh Selatan.

Mediasi Gagal dan Campur Tangan Mertua

F mengungkapkan bahwa ia dan suaminya telah melakukan mediasi di hadapan orang tua dan Kepala Desa, namun sang suami tetap bersikeras bercerai.

“Katanya dia sudah mau menceraikan saya sejak lama, tapi waktu itu saya masih hamil. Saya baru tahu saat mediasi,” ujarnya.

F juga menuturkan bahwa hubungan rumah tangganya tidak pernah sepenuhnya direstui oleh ibu mertua. Sejak awal menikah pada tahun 2020, ia kerap merasa diperlakukan tidak adil.

“Dulu suami saya pernah bantu saya cuci piring, tapi itu dibicarakan ke orang-orang. Dibilang saya membudak-budakkan anaknya. Saya diam saja, tapi lama-lama saya diinjak,” ungkapnya.

“Saya Tidak Malu, Saya Hanya Ingin Dihargai”

F menegaskan bahwa ia tidak bermaksud membuka aib rumah tangganya ke publik. Ia hanya ingin menunjukkan perjuangan seorang istri yang telah berkorban demi keluarga.

“Saya tidak malu. Saya cuma ingin dihargai. Saya bukan istri yang minta lebih, saya cuma ingin dihormati sebagai perempuan yang sudah berjuang,” kata F.

Ia juga mengaku sudah mencari bantuan ke berbagai pihak, tetapi belum mendapat keadilan.

“Saya sudah ke sana kemari, tapi tidak ada hasil. Cuma dipandang sebelah mata,” ujarnya.

Viral di Media Sosial dan Dukungan Warganet

Kisah F viral di Facebook dan TikTok, memicu gelombang simpati dari warganet. Banyak yang menulis pesan dukungan untuknya.

“Hargai perempuan yang menemani dari nol. Jabatan dan pangkat tak dibawa mati,” tulis F dalam salah satu unggahannya.

Komentar-komentar dukungan pun membanjiri postingan tersebut.

“Fitri hebat, tetap tegar untuk anak-anak,” tulis seorang warganet.

“Semoga Allah ganti dengan kebahagiaan yang lebih baik,” tulis lainnya.

Germas PPA Siap Beri Pendampingan Hukum

Kasus ini menarik perhatian Gerakan Nasional Perlindungan Perempuan dan Anak (Germas PPA).

Wakil Ketua Umum Germas PPA, Rica Parlina, menyatakan pihaknya siap memberi pendampingan hukum dan psikologis bagi Fitri serta anak-anaknya.

“Untuk Ibu F, kami siap mendampingi. Korwil Aceh Germas PPA akan menemui langsung Ibu Fitri. Kami ingin memastikan ia mendapatkan keadilan,” ujar Rica dalam unggahan video di Facebook, Selasa (21/10/2025).

Menurut Rica, kasus F bukan sekadar urusan rumah tangga, tetapi juga menyangkut hak perempuan dan anak yang seharusnya dilindungi oleh negara.

“Tidak boleh ada lagi perempuan yang ditinggalkan setelah berjuang dari nol hanya karena pasangan merasa sudah mapan,” tegasnya.

Curahan Hati Terakhir Fitri: Saya Rela Tapi Tidak Dilihat

Dalam unggahan terakhirnya di Facebook, F menulis pesan menyentuh tentang ketegaran dan harga diri seorang istri.

“Tepat tanggal 15 Agustus 2025 saya diceraikan, dan 17 Agustus dia menerima SK. Tidaklah harta, pangkat, jabatan dibawa mati. Tapi hargailah wanita yang menemanimu dari nol hingga mengantarkanmu ke jalan kesuksesan,” tulisnya.

F juga menambahkan bahwa ia tidak merasa malu harus kembali ke rumah orang tuanya.

“Tak pernah berpikir untuk malu, asalkan kebutuhan rumah terpenuhi. Saya ikhlas membantu pasangan saya, tapi hasilnya saya hanya dimanfaatkan,” tulis F.

Sebelum pulang, ia sempat meminta maaf kepada mertua meski merasa disakiti.

“Saya datangi mamakmu dan ayahmu, saya rela minta maaf duluan. Tapi tak satu pun dari mereka melihat kami pergi. Hanya tetangga-tetangga yang baik yang membantu kami,” tulisnya.

Sumber: kompas