LENSAPOST.NET- Kontingen Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 tahun 2023 menjadikan tarian tradisional Landok Sampot sebagai seni yang wajib ditampilkan dan menjadi andalannya pada even budaya di Taman Ratu Safiatuddin, Minggu 5 November 2023.
Tarian Landok sampot yang sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ini, ditampilkan dengan keasliannya tanpa modifikasi apapun.
Ketua Harian PKA ke-8 Aceh Selatan Akmal AH melalui Kabid Kebudayan Hendri kepada wartawan mengatakan, sesuai dengan rundown acara, tarian ini akan ditampilkan di Panggung Utama di Anjungan Ratu Safiatuddin antara pukul 21.00-22.00 WIB malam ini.
“Sebelum tampil, mereka sudah dibina sejak bulan Maret 2023, jadi penampilan Landok Sampot ini akan lebih sempurna dengan gerak asiknya, tanpa modifikasi sedikitpun, sesuai dengan permintaan panitia provinsi”,katanya.
Menurutnya, berbagai etnis bangsa Aceh memiliki beragam kesenian tradisional dan menyambut tamu dengan tarian seperti Ranup Lampuan, Gayo dengan tari Guelnya.
Lanjutnya, Maka di Tanah Kluet masyarakatnya memiliki tari persembahan yang berbeda, yaitu Landok Sampot.
Dari deskripsi tari Landok Sampot yang telah ditulis, masyarakat Kluet khususnya di Laweswah dan sekitarnya atau kawasan udik di Kluet Timur, Aceh Selatan itu, tarian ini diciptakan oleh seorang Panglima Negeri Kluet yang bernama Amat Sa’id.
Tarian ini mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja Imam Balai Pesantun dan Teuku Keujreun Pajelo.tarian ini dijadikan tarian adat yang disakralkan dalam setiap upacara adat,sayangnya penciptanya tidak sempat melihat karyanya dicintai masyarakat Kluet.
Tari Landok Sampot merupakan tari persembahan yang ditampilkan sebagai tanda penghormatan kepada tamu atau seseorang yang dimuliakan dalam sebuah Upacara adat.
Dahulu, tarian ini dipertunjukkan dalam penyambutan kalangan pembesar atau kalangan raja-raja.akan tetapi, boleh ditarikan di kalangan masyarakat atas persetujuan raja. Misalnya, dalam upacara adat perkawinan, khitan, dan lain-lain.
Namun sekarang tari tersebut juga digunakan untuk menyambut tamu kenegaraan meskipun bukan orang Kluet.
Sesuai namanya, Landok yang berarti tari dan sampot yang berarti libas/lecut atau pukul. Maka tarian ini menampilkan gerakan seperti perkelahian antara dua kelompok pemuda. Digambarkan bahwa mereka sedang bertarung memperebutkan seorang putri raja, dan yang menang akan dipilih menjadi pasangan putri tersebut.
Gerakannya, terdiri dari lima bagian gerakan antara lain Landok Kedidi (gerakan seperti burung kedidi yang bisa melompat riang dengan tempo cepat), Landok Kedayung (gerakan gemulai seperti mendayung sampan), Landok Sembar Keluki (gerakan dasar seperti burung elang menyambar, gerak cepat, tangkas dan dinamis).
Untuk menarikan tarian ini, maka penari harus mengenakan pakaian yang sesuai dengan adat suku Bangsa Kluet.
Tarian ini, mulai berkembang seiring dengan pembinaan dan seringnya tampil di berbagai even.masyarakat luar pun, mulai melirik karena keunikan dan keaslian tarian yang tercipta sejak ratusan tahun lalu.
Begitulah, sekilas Tari Landok milik Aceh Selatan dari Kluet dan tanpa tari ini, rasanya kehadiran Kontingen PKA ke-8 Aceh Selatan kurang sempurna dan tidak berarti apa-apa. (*)