LENSAPOST. NET| Pidie Jaya — Pagi itu, langit Bandar Dua tampak sedikit mendung, tapi semangat 245 siswa baru dari tiga sekolah menengah pertama justru membumbung tinggi. Mereka datang dengan seragam rapi, sebagian ditemani orang tua, sebagian lagi saling menggenggam tangan dengan teman baru yang akan mereka kenal lebih jauh dalam beberapa hari ke depan.
Bertempat di halaman SMPN 1 Bandar Dua, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Rayon 8 resmi dimulai pada Senin, 14 Juli 2025. Tiga sekolah yang tergabung dalam kegiatan ini—SMPN 1 Bandar Dua, SMPN 4 Bandar Dua, dan SMP BUDI—membawa semangat yang sama: menjadikan masa transisi dari SD ke SMP bukan hanya sebagai langkah administratif, melainkan momentum membangun karakter dan cita-cita.
Dalam pembukaan yang berlangsung khidmat, Kepala SMPN 1 Bandar Dua, Razali, S. Pd, tampil menyampaikan sambutan. Ia tidak hanya membuka acara secara resmi, tetapi juga membuka ruang harapan bagi ratusan anak yang tengah memasuki babak baru pendidikan mereka.
“Melalui MPLS, para siswa dapat mengenal lingkungan sekolah secara menyeluruh, sekaligus menanamkan nilai kedisiplinan dan tanggung jawab sejak hari pertama. Ini awal dari perjalanan panjang mereka sebagai pelajar,” ujar Razali dengan suara yang hangat namun tegas.
Sinergi untuk Pendidikan yang Bermakna
MPLS Rayon 8 tahun ini bukan hanya kegiatan pengenalan biasa. Di balik jadwal padat yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB selama tiga hari berturut-turut (14–16 Juli 2025), ada kerja besar yang tidak terlihat: kolaborasi lintas sekolah dan lintas sektor yang solid.
Adalah Fajri, S. Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Bandar Dua, yang mengomandoi persiapan kegiatan sebagai Ketua Panitia. Dengan kesabaran dan ketelitian, ia mengatur jadwal, menghubungi pemateri, dan menyusun materi agar relevan, menyenangkan, dan menyentuh kebutuhan peserta didik di era kini.
“Kami ingin MPLS ini memberi pengalaman pertama yang menyenangkan bagi siswa. Bukan menakutkan, bukan tekanan. Kami ingin anak-anak merasa diterima, diajak bertumbuh bersama,” katanya, Rabu, (16/7/2025).
Uniknya, MPLS ini tidak hanya diisi oleh guru-guru sekolah. Selama tiga hari, siswa diajak berdiskusi dan menyimak materi dari banyak pemateri yang berasal dari berbagai instansi strategis Kabupaten Pidie Jaya. Mereka adalah orang-orang yang sehari-hari bekerja di garda depan pembangunan karakter bangsa: dari Polres Pidie Jaya yang menyampaikan pentingnya tertib hukum dan keselamatan, BNN yang mengedukasi tentang bahaya narkoba, hingga MPU Pidie Jaya yang menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan remaja.
Instansi lain yang turut berkontribusi antara lain unsur Majelis Pendidikan Daerah (MPD), Kantor Kemenag Pidie Jaya, Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana, unsur Kodim, dan unsur Kejaksaan Negeri (Kajari) Pidie Jaya.
Setiap sesi menghadirkan nilai dan kesan berbeda bagi siswa. Mereka tak hanya mendengar ceramah, tetapi juga diajak berinteraksi, berdialog, bahkan ikut simulasi kecil seperti latihan disiplin dan kerja sama kelompok.
Maria Lena dan Misi Kurikulum Merdeka
Salah satu pemateri internal yang juga berperan penting dalam MPLS ini adalah Maria Lena, S. Pd, M. Pd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Ia membawakan materi seputar visi misi sekolah, pengenalan Kurikulum Merdeka, serta pentingnya eksplorasi minat dan bakat melalui kegiatan ekstrakurikuler.
“Anak-anak hari ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka butuh ruang untuk mencoba, gagal, lalu bangkit. Kurikulum Merdeka memberi ruang itu. Di sekolah, kita harus jadi fasilitator yang mendampingi mereka bertumbuh, bukan sekadar memberi nilai,” jelasnya.
Sosok cek gu yang menjadi elemen utama kemajuan pendidikan di sekolah legendaris kota santri Japakeh Bandar Dua itu sangat berharap kegiatan MPLS tersebut mampu memberikan output signifikan dunia pendidikan terutama untuk tiga sekolah tersebut.
Materi yang disampaikan perempuan alumni pascasarjana salah satu kampus ternama itu dikemas dalam suasana interaktif. Beberapa siswa bahkan diajak naik ke depan kelas untuk menyampaikan mimpi mereka. Dari ingin jadi guru, dokter, sampai pemain sepak bolasemuanya ditampung sebagai aspirasi yang sah dan patut diperjuangkan.
MPLS Media Mendidik dan Membahagiakan
Berbeda dari stigma masa lalu, MPLS kini telah berubah menjadi kegiatan yang humanis, mengedepankan nilai-nilai pendidikan, dan jauh dari unsur perpeloncoan. Ini pula yang menjadi misi utama MPLS Rayon 8 di Bandar Dua. Selama kegiatan, siswa tidak hanya belajar mengenal aturan, tetapi juga nilai solidaritas, toleransi, tanggung jawab, dan disiplin diri.
Fajri sosok guru berkecamata itu terus melangkah pasti dengan membetulkan letaknya gagang lensanya, sambil melepaskan nafas kelegaannya kembali menegaskan, “Kami tidak ingin ada siswa yang merasa takut datang ke sekolah karena pengalaman MPLS yang buruk. Yang kami tanamkan adalah cinta pada sekolah, cinta pada ilmu, dan rasa aman,”ujarnya.
Salah satu bentuk penyegaran, panitia juga mengadakan beberapa sesi outbond sederhana dan permainan edukatif. Ada ice breaking, yel-yel kelompok, dan kuis interaktif dengan hadiah kecil yang menyenangkan. Ini semua membuat siswa merasa nyaman dan tidak terintimidasi.
MPLS Rayon 8 tahun ini mendapat apresiasi dari banyak pihak, termasuk para guru, orang tua, dan tokoh masyarakat. Semuanya melihat bahwa kegiatan ini bukan hanya terlaksana dengan baik, tetapi juga memberi dampak positif bagi peserta didik.
“Anak saya pulang selalu cerita apa yang ia pelajari hari itu. Katanya seru dan nggak bikin bosan,” ujar salah satu wali murid dari SMPN 1 Bandar Dua.
Semangat kolaboratif lintas sekolah dan lintas sektor inilah yang menjadi kekuatan utama MPLS tahun ini. Tiga sekolah bersatu, ratusan siswa belajar bersama, dan puluhan pemateri dari berbagai latar belakang ikut serta. Semua bergerak dengan semangat yang sama: membangun generasi yang cerdas, sehat, dan berkarakter.
Panitia hari terakhir, berencana menutup hari terakhir MPLS, para siswa diajak menuliskan satu kata harapan mereka tentang masa depan di selembar kertas warna-warni, lalu menempelkannya di “Pohon Harapan” yang disiapkan panitia. Kata-kata seperti “Sukses”, “Jujur”, “Berani”, hingga “Bermanfaat” menempel rapi di batang dan ranting-ranting harapan itu.
Dan di sanalah, di tengah halaman SMPN 1 Bandar Dua yang ramai oleh tawa dan obrolan remaja, tumbuh harapan-harapan baru untuk masa depan negeri ini. Bukan sekadar mengenal lingkungan sekolah, MPLS Rayon 8 Bandar Dua telah menyentuh inti dari pendidikan itu sendiri: menyalakan cahaya di hati yang masih polos, agar kelak bisa menerangi jalan mereka menuju masa depan. []












