LENSAPOST.NET – Pengamat kebijakan publik dari Universitas Abulyatama, Usman Lamreung, menilai bahwa dua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh dalam Pilkada 2024, yakni Muzakir Manaf-Fadlullah dan Bustami Hamzah-Tu Sop, memiliki peluang yang sama besar untuk memenangkan kontestasi tersebut.
Namun, menurutnya, keberhasilan mereka dalam meraih kemenangan tidak hanya bergantung pada dukungan politik, tetapi juga pada kemampuan mereka dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat Aceh saat ini.
“Semua pasangan calon punya peluang. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana mengkonsolidasikan dukungan yang sudah dibangun, baik di tingkat koalisi partai maupun di akar rumput,” ujar Usman dalam pernyataannya.
Kekuatan Partai Aceh sebagai Modal Utama
Pasangan Muzakir Manaf, yang akrab disapa Mualem, dan Fadlullah (Dek Fad) dinilai Usman memiliki kesiapan politik yang matang. Partai Aceh, yang menjadi basis kekuatan utama pasangan ini, memiliki infrastruktur politik yang kuat di hampir semua kabupaten/kota di Aceh.
“Hasil pemilihan legislatif yang lalu menunjukkan Partai Aceh menguasai delapan kabupaten/kota dan memiliki kekuatan dominan di DPRA. Ini merupakan modal politik yang signifikan. Dengan tambahan dukungan dari partai-partai lain seperti Gerindra, Demokrat, PPP, dan PNA, konsolidasi politik ke akar rumput menjadi lebih mudah,”jelas Usman.
Menurutnya, dengan basis politik yang sudah terstruktur dan dukungan koalisi yang kuat, tantangan terbesar pasangan ini adalah menjaga soliditas dan koordinasi antarpendukung di tingkat lokal.
Bustami Hamzah-Tu Sop dan Tantangan Penguatan Popularitas
Sementara itu, pasangan Bustami Hamzah dan Tu Sop juga dinilai punya potensi besar, meskipun membutuhkan upaya lebih keras dalam mengonsolidasikan dukungan politik hingga ke lapisan bawah. Usman menilai bahwa popularitas Tu Sop, yang dikenal luas di kalangan masyarakat Aceh melalui jaringan dayah dan dukungan ulama, merupakan modal politik yang kuat.
“Popularitas Tu Sop di kalangan masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Dukungan dari kelompok ulama dan dayah menjadi kelebihan tersendiri bagi pasangan ini. Tantangannya adalah memperkenalkan Bustami Hamzah, yang berlatar belakang birokrat, kepada masyarakat di akar rumput. Strategi politik yang tepat harus dilakukan untuk mengoptimalkan kekuatan ini,” tambah Usman.
Ia juga menekankan bahwa partai-partai pendukung pasangan ini harus lebih aktif dalam menggerakkan mesin politik agar koalisi yang dibangun tidak hanya di level elite, tapi juga menyentuh masyarakat secara langsung.
Selain konsolidasi politik, kedua pasangan ini harus mampu menawarkan solusi konkret terhadap berbagai masalah yang dihadapi Aceh saat ini, seperti kemiskinan, korupsi, stunting, pengangguran, dan kualitas pendidikan yang buruk.
“Masyarakat Aceh tahu bahwa kondisi daerah saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kedua pasangan calon harus mampu menjelaskan gagasan dan strategi mereka untuk mengatasi masalah ini. Rakyat ingin pemimpin yang bukan hanya memahami masalah, tetapi juga tahu bagaimana cara menyelesaikannya,” tegas Usman.
Ia berharap agar kedua pasangan calon ini dapat memberikan perhatian serius terhadap persoalan-persoalan mendasar tersebut, karena itulah yang menjadi harapan utama masyarakat Aceh dari pemimpin masa depan mereka.
Pilkada Aceh 2024 diharapkan menjadi momentum penting bagi rakyat Aceh untuk memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan nyata dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang selama ini membelenggu pembangunan di daerah tersebut. ***