LENSAPOST.NET – Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,5%-5,3% pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja ekspor dan konsumsi masyarakat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal IV-2022 tetap baik. Pasalnya, permintaan domestik tetap berdaya tahan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan keyakinan pelaku ekonomi yang tetap terjaga, serta kinerja ekspor yang positif.
“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2022 akan berada dalam kisaran proyeksi BI 4,5%-5,3% dan untuk keseluruhan tahun 2022 diperkirakan bias ke atas dalam range tersebut,” papar Dody kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (16/1/2023).
Proyeksi BI sejalan dengan bacaan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Dia optimistis ekonomi Indonesia di kuartal IV/2022 akan tumbuh di atas 5%, sejalan dengan konsumsi masyarakat meningkat di akhir tahun.
“Di kuartal IV pertumbuhan ekonomi akan tetap kuat di atas 5% atau sekitar 5%. Karena kita lihat kondisi dari masyarakat konsumsi kita masih tumbuh sangat kuat, bahkan mobilitas menjelang akhir tahun meningkat,” katanya dalam CEO Banking Forum,.
Selain itu, optimisme Sri Mulyani dilandasi oleh penerimaan pajak di daerah yang berasal dari restoran, hotel, biaya parkir yang diperkirakan bisa naik hingga 120%. Dia melihat hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta, melainkan hampir di semua daerah.
“Penerimaan pajak daerah-daerah dari sisi pajak restoran, hotel, parkir naiknya enggak 11 persen, 20 persen. Naiknya itu 60 persen bahkan 120 persen, ini enggak cuma fenomena di Jakarta, ini fenomena hampir di semua daerah,” tegasnya.
Optimisme ini tidak setinggi sebelumnya. Bacaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada Desember 2022, meyakini PDB pada kuartal IV akan berpotensi melambat.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV dipengaruhi beratnya tantangan perekonomian pada akhir tahun, terutama sisi global. Perlambatan ekonomi global menurutnya makin berdampak ke dalam negeri.
“Kita lagi estimasi, tapi kurang lebih di sekitar 5% atau sedikit di bawah 5%,” kata Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu saat ditemui di kawasan DPR RI, Jakarta.