Tampil Gemilang, Pidie Menyala, Taklukkan Pase Aceh Utara, Raih Juara Fahmil Kutub Se-Aceh

Lensapost.net I Bireuen– Kabupaten Pidie kembali menegaskan dominasinya dalam dunia keilmuan pesantren. Tim Fahmil Kutub Pidie berhasil meraih juara pertama pada ajang Festival Muharram 1447 H tingkat Provinsi Aceh yang digelar di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Kamis (3/7/2025).

Dalam kompetisi yang berlangsung di Kompleks Meunasah Mideun Jok itu, regu Pidie unggul mutlak atas sejumlah daerah pesaing, termasuk rival abadi mereka, Aceh Utara. Dengan torehan nilai akhir 1100, tim yang dijuluki “Pasukan Tgk Chik Ditiro” sukses mengubur harapan Aceh Utara yang hanya mencatat nilai 750.

Trio Kuat Pidie Ungguli Pesaing

Regu Pidie diperkuat oleh tiga santri unggulan: Tgk. Akmal Hanief dan Tgk. Sultan Riva dari Kembang Tanjong, serta Tgk. Muhammad Saidul dari Tangse sebagai juru bicara. Di bawah pengawasan pengamat Tgk. Muhammad Deif, tim ini tampil solid sejak babak awal, menjawab soal-soal berat dari berbagai disiplin keilmuan klasik seperti nahwu, sharaf, mantiq hingga faraidh.

Babak penyisihan memperlihatkan persaingan ketat, dengan perolehan nilai awal sebagai berikut: Aceh Utara: 750,.Bireuen: 500, Lhokseumawe: 750, Pidie: 800

Namun pada babak rebutan final, Pidie melesat jauh meninggalkan lawan-lawannya:Aceh Utara: 750,Bireuen: 700, Lhokseumawe: 850,.Pidie: 1100

Soal Kontroversial, Jawaban Cerdas

Ketegangan mencapai puncaknya ketika regu Pidie mendapat soal kompleks mengenai ilmu faraidh. Panitia yang berusaha menjebak peserta dengan ilustrasi yang rumit justru terpukau karena regu Pidie berhasil mematahkan jebakan tersebut dengan strategi berpikir yang matang.

“Panitia telah berusaha membuat kaidah yang ketat, tapi peserta lebih cerdas. Mereka berhasil membongkar kaidah itu dengan analisis tajam,” ungkap salah satu dewan hakim, Tgk. Faisal Murni.

Bahkan, jawaban mereka sempat memicu perdebatan antara pengamat dan dewan hakim. Namun setelah penelaahan mendalam, dewan hakim mengesahkan jawaban Pidie sebagai benar dan sah.

Teriakan Takbir dan Aplus Penonton Menggema

Saat poin akhir diumumkan, ribuan pasang mata yang hadir di lokasi maupun menyaksikan secara daring pecah dalam gemuruh takbir dan aplus panjang. Suasana dingin malam Samalanga seketika hangat oleh semangat yang membuncah dari tribun pendukung.

Tifosi pendukung santri dari Pidie bersorak bangga, meneriakkan yel-yel kebesaran, sambil mengibarkan bendera bertuliskan “Forsap”—Forum Santri Pidie. Bendera itu berkibar gagah, menyatakan kepada seluruh Aceh bahwa Pidie masih dan akan terus hadir sebagai kekuatan utama dalam peta keilmuan Islam.

Salah satu santri dari tribun pendukung berseru, “Ini bukan hanya kemenangan Fahmil, ini kemenangan marwah Pidie sebagai tanah ulama dan pejuang!”

Dibina dengan Strategi dan Ketekunan

Ketua Forum Santri Pidie (Forsap), Tgk. Imam Alhafizh Saifuddin yang juga menjadi pembina kontingen, menyatakan kemenangan ini adalah hasil dari pembinaan sistematis dan kerja keras berlapis.

“Kemenangan ini buah dari latihan panjang, bukan hanya soal hafalan, tapi juga taktik menjawab, ketahanan mental, dan kekompakan tim,” ujarnya.

Ia menambahkan, ajang Fahmil Kutub bukan semata lomba, melainkan panggung pembuktian bahwa santri mampu berpikir kritis, sistematis, dan taktis dalam menjawab tantangan zaman.

“Kemenangan ini tidak lahir semalam. Mereka digembleng bukan hanya untuk menjawab soal, tapi untuk memahami ruh dari ilmu itu sendiri. Kami membina dengan pendekatan ruhiyah, adab, dan kedalaman kitab,” jelas Tgk. Imam.

Ia menegaskan bahwa apa yang dicapai hari ini adalah kebangkitan intelektual berbasis tradisi. “Mereka tampil bukan sebagai pelajar biasa, tapi sebagai santri yang mewarisi semangat ulama dan pejuang. Apa yang dilakukan oleh Saidul Abrar dan kawan-kawan adalah cermin dari cita-cita besar Tgk. Chik Di Tiro yang dulu memimpin perlawanan bukan dengan amarah, tapi dengan ilmu dan akhlak.”sambungnya.

Lebih lanjut, Tgk. Imam mengatakan keberhasilan Pidie berkat doa para guru, santri serta masyarakat Pidie ban sigom dunia. “Pasukan Pidie kini telah memastikan diri sebagai juara pertama kontestan utama di grand final Fahmil Kutub tingkat provinsi dan membuktikan diri sebagai pusat intelektual yang terus membara.”paparnya.

Santri Bangkit dan Berkibar

Tgk. Muhammad Deif, pengamat regu Pidie, menyebut kemenangan ini sebagai simbol kebangkitan santri muda di tengah arus zaman yang penuh tantangan.

“Ini bukan hanya prestasi Pidie, tapi kebangkitan santri Aceh. Mereka membuktikan bahwa pendidikan salaf tidak kalah kompetitif dalam berpikir dan berdebat,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Festival ini diikuti oleh utusan santri dari seluruh Aceh dan menjadi ajang silaturahmi ilmiah.

Aceh Utara Kembali Takluk

Kemenangan ini sekaligus memperpanjang catatan kekalahan Aceh Utara dari Pidie dalam arena Fahmil Kutub. Rivalitas yang telah berlangsung bertahun-tahun kembali dimenangkan oleh pasukan dari timur Aceh ini.

“Tentunya dengan pencapaian tersebut, Pidie dinobatkan sebagai juara cabang Fahmil Kutub dalam Festival Muharram 1447 H di Samalanga. Kekalahan ini sekaligus memperpanjang daftar kelam kekandasan Aceh Utara dari Pidie dalam beberapa tahun terakhir,” papar Tgk. Muhammad.

Meski tampil cukup tangguh sejak babak awal, termasuk berusaha mengubur langkah Pidie di babak penyisihan, Aceh Utara harus kembali gigit jari. Mereka memang lolos ke babak final sebagai runner-up terbaik, namun itu tak cukup untuk menghentikan laju pasukan Tgk Chik Ditiro yang tampil menyala sejak awal.

Ajang ini menjadi cermin bahwa kemenangan tidak ditentukan oleh sejarah masa lalu, tetapi oleh ketekunan, persiapan, dan semangat yang terus menyala. Dan Pidie, tahun ini, telah menunjukkan semua itu dengan penuh kebanggaan.