Berita  

Ketua PC ISNU Pidie Menziarahi Makam Panglima Pidie di Meulaka Malaysia

LENSAPOST. NET – Ketua PC ISNU Pidie beserta rombongan Jamaah Asy Syathibiyyah bin Daud Ziarah ke Makam Ulama dan Waliyullah 3 Negara (Malaysia, Thailand, Singapore) dari Aceh berkesempatan menziarahi makam Panglima Pidie di bukit Cina, Malaka, Malaysia.

Di makam itu, Tgk. Nanda Saputra, M.Pd., bercerita seputar perjuangan mengusir tentara Portugis di Melaka dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda dengan mendatangkan ribuan kapal dan ribuan tentara kerajaan Aceh.

Dalam misi menguasai Malaka, yang waktu itu mendapat bala bantuan Portugis. Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Malaka. Namun harus dibayar mahal. Tak hanya ribuan tentara yang meninggal, juga dua penasehat Sultan Iskandar Muda ikut gugur, yakni: Panglima Pidie dan Syamsuddin Al Sumatrani, ujar Ketua ISNU Pidie Tgk. Nanda Saputra, M.Pd.

Ketika itu, Iskandar Muda memerintahkan yang gugur di Malaka tidak dibawa pulang. Maka, Panglima Pidie di atas puncak bukit dan Syamsuddin Al Sumaterani dikubur di kampung ketek Melaka.

“Jadi, lebih dahulu ada kuburan Panglima Pidie, baru kemudian diikuti kuburan orang-orang China seperti terlihat sekarang ini,” kata Tgk. Nanda Saputra, M.Pd.

Kawasan bukit Cina yang letaknya tidak jauh dari kota Pecinan di Melaka, sejauh mata memandang kawasan ini cukup luas. Dilihat dari jalan raya yang mengelilinginya, tidak tampak ada kuburan orang Islam. Memang dari ribuan kuburan di situ, hampir seluruhnya kuburan etnis Tionghoa.

Menurut pemandu dari guide wisata Melaka, dahulu banyak sekali orang bernazar membuat acara besar di makam tersebut. Orang-orang ramai berziarah dengan ritual khusus di puncak bukit Cina.

Makam tersebut dikeramatkan, namun pemerintah Malaysia telah melarang acara seperti itu digelar resmi. Meski hingga kini masih ada orang-orang dari Melaka yang berziarah memenuhi nazar di makam Panglima Pidie tersebut.

Siapa Panglima Pidie?

Ketua ISNU Pidie Tgk. Nanda Saputra, M.Pd., berkesempatan berbagi informasi seputar Panglima Pidie. Beberapa literatur dan buku sejarah yang dibaca oleh Tgk. Nanda Saputra, M.Pd, disebutkan, Raja si ujud kecewa lantaran Putri Kamalia, yang dicintainya ternyata sudah menikah dengan Iskandar Muda.

Dalam perjalanan pulang ke Malaka, dari Banda Aceh menuju pelaburan Malahayati, Krueng Raya, Raja Ujud melampiaskan kemarahannya dengan membuat keonaran, memaki-maki dan membunuh orang yang berpapasan dengannya.

Perilaku jahat Raja Ujud itu terdengan ditelinga Sultan Iskandar Muda. Mendengar laporan warga yang melihat tingkah laku Raja Ujud, langsung Iskandar Muda membentuk armada bernama armada Cakradonya, komandan kapal bernama Meurah Ganti, sebagai laksamana perempuan. Dilukiskan Meurah Ganti ini berkulit gelap dan tinggi besar.

Berangkatlah Sultan Iskandar Muda yang didampingi empat penasehatnya, yakni Syamsuddin Al Sumaterani, Malem Dagang, Panglima Pidie dan Tengku Japakeh untuk berperang melawan Malaka.

Seperti diceritakan di atas, banyak bala tentara kerajaan Aceh yang gugur dalam perang itu, tapi dilaporkan Kerajaan Aceh memenangi pertempuran, serta berhasil menangkap Raja Ujud.

Sebagai bukti, pasukan Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Malaka, di situ Panglima Pidie yang sudah berada di dalam kapal, akhirnya turun kembali mengambil sejumlah perempuan sebagai tawanan perang untuk dikawinkan kepada tentara Aceh. Dalam situasi itu, Panglima Pidie sahid kena peluru tentara Portugis.

Sedangkan Raja Ujud, yang berhasil kembali ditangkap dibawah pulang ke Aceh. Ia tidak bisa dibunuh dan tidak mempan ditembak karena punya sihir mandraguna. Lalu tubuhnya diletakkan di baling-baling kapal, tapi tidak mati, walau punggungnya sudah tumbuh lumut.

Kemudian di letakkan di lesung batu, Indra Patra Aceh Besar, juga tidak mati. Akhirnya gugur juga setelah ia mengungkap rahasia kekebalan tubuhnya.

Caranya, dengan memasak timah hingga mendidih, kemudian ditaruk dalam mulut lalu diledakkan. Habislah riwayat si Raja Ujud. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1612-1613.

Tidak ada informasi yang jelas, siapa sebenarnya nama dari Panglima Pidie tersebut. Namun dari prasasti yang ada di sekitar kuburan ditulis, bahwa Makam Keramat Panjang, merupakan satu kuburan Islam, Panglima Pidie pahlawan Aceh yang gugur bersama Syamsuddin As-Sumaterani, semasa perang antara Aceh dan tentara Portugis di Malaka di abad 17. Dalam perang itu, ribuan prajurit Aceh tewas, kabarnya dalam perang itu Sultan Iskandar Muda mengirim ribuan kapal.